Oleh : II' NOVAN LAMARDA JEMBER, 02/02/2013 10:09 WIB
Setelah menunggu hampir tiga tahun lebih, Peterpan akhirnya kembali ke belantika musik Indonesia. NOAH, begitulah nama baru itu kemudian di launching di awal Agustus tahun ini. Sebulan kemudian album perdana dengan nama baru itu dirilis, bertajuk "Seperti Seharusnya". Tak tanggung-tanggung, album ini pun dirilis dengan mengadakan konser 5 negara 2 benua dalam waktu sehari. Melbourne (Australia), Hongkong, Singapura, Malaysia, dan Indonesia dipilih sebagai ajang pembuktian musikalitas mereka. Rasa-rasanya seperti ingin mengulang ketika album "Bintang di Surga" dirilis dan menjadi album terlaris sepanjang masa di industri musik Indonesia.
Saya tidak akan bercerita siapa itu NOAH karena sudah terlalu banyak dan basi bagi saya untuk membahasnya. Sebagai penikmat karya-karyanya sejak awal, saya akan mereview lagu-lagu dalam album tersebut. Secara keseluruhan, benang merah NOAH masih terlihat jelas di album ini. Perbedaan lebih banyak ke aransemen lagu, dimana masuknya David sebagai pengisi piano lebih memberi warna. Efek-efek suara yang dihasilkan pun semakin banyak, meski dengan notasi-notasi beberapa lagu yang sebenarnya sederhana. Bisa dibilang, suara gitar melodi Lukman agak sedikit di belakang, karena bersahut-sahutan dengan suara piano dan efeknya.
1. Raja Negeriku
Mungkin ini adalah satu-satu nya lagu di album NOAH yang paling heroik, sekaligus keluar dari tema besar album ini. Kalau tidak salah lagu ini merupakan salah satu lagu yang dibuat Ariel ketika dibui. Ariel yang saya tahu adalah penggemar Bung Karno, dalam sebuah pertanyaan ia mengaku sangat menyukai buku biografi Soekarno berjudul "Penyambung Lidah Rakyat". Jangan heran jika di lagu ini ada sisipan pidato Bung Karno.
Oh ya, yang unik di lagu ini ada suara efek yang biasanya dipakai oleh AVA (Angels and Airwaves). Suara koor tahanan Kebon Waru yang beberapa waktu lalu sempat diberitakan juga muncul di lagu ini. Lirik-lirik ciri khas NOAH yang ditulis dengan gaya Ariel sangat terasa di lagu ini. Pada intinya lagu ini adalah lagu pembuka untuk sebuah seruan perubahan, bisa jadi Ariel mengartikulasikan lagu ini juga untuk perubahan atas nama barunya?
2. Jika Engkau
Selain lagu "Separuh Aku", lagu ini juga sempat bocor di internet. Jadi, ini adalah lagu kedua yang saya dengar setelah Separuh Aku. Jujur saya masih belum ngeh bahwa ini lagu NOAH ketika mendengar lagu ini untuk pertama kalinya, tapi sudah bisa menebak kalau yang menyanyi itu Ariel. Lagu "Jika Engkau" dibuka dengan intro suara gamelan, kemudian berlanjut dengan beat lagu yang sedang. Aransemen lagu ini menjadi unik berkat suara efek gamelan itu, kemudian berpadu dengan alat musik yang lainnya. Dari sisi lirik tidak ada yang istimewa, terlalu jujur dan meluap-luap.
3. Separuh Aku
Ini adalah single pertama untuk album ini. Dari sisi akor lagu, termasuk yang tidak sederhana. Lagu ini adalah ciptaan David dan Ihsan (additional bass player). Keberanian menjadikan lagu yang bukan ciptaan Ariel ini sebagai single album bisa dibilang sebagai kelinci percobaan. Untung saja penulisan lirik masih bisa dikompromi.
Respon untuk lagu ini tidak terlalu bagus sebenarnya, tapi aman. Aman karena momen pelemparan single ini ke pasar dinantikan penggemarnya yang sudah menahan lama mendengar suara Ariel. Banyak penggemar awam yang berkomentar bahwa lagu ini termasuk lagu yang biasa saja. Mungkin karena akor yang agak rumit itu tadi, untuk gitaran santai agak ribet. Bukan lagu yang sederhana.
4. Hidup Untukmu, Mati Tanpamu
Lagu ini adalah lagu yang liriknya ditulis oleh Rian D'Masiv, seperti yang dijelaskan dalam buku Kisah Lainnya. Kabarnya tidak seluruhnya ditulis secara pure oleh Rian. Ketika pertama mendengar lagu ini saya sendiri malah merasa suara Ariel tampak seperti suara Rian. Saya rasakan itu ketika Ariel menyanyi di bagian "air mata ini menyadarkanku...".
Lirik lagu ini memang terasa bukanlah tipikal lirik NOAH yang sebenarnya, terutama lirik terlalu mendayu (nyanyian patah hati) di bagian "Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini / Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu". Yang saya suka di lagu ini adalah cara menyanyi Ariel di awal lagu di bagian "begitu banyak hal yang kualami..." yang diiringi dengan nada catchy gitar akustik. Untungnya aransemen lagu inilah yang menyelamatkan. Solo gitar Lukman di tengah-tengah lagu juga mengagumkan.
5. Ini Cinta
Yang saya ingat setelah mendengar lagu ini untuk pertama kalinya adalah suara efek (yang saya kurang tahu itu suara alat musik apa) menyayat seperti suara angin yang terselip di bagian reff. Petikan gitar di sepanjang lagu sangat menenangkan. Lagu ini sedikit menceritakan apa itu "cinta" secara keakuan. Lagu yang sederhana.
6. Terbangun Sendiri
Dalam buku Kisah Lainnya, lagu ini adalah lagu yang liriknya diciptakan Ariel untuk bonus album Astoria. Astoria adalah band lain Uki. Entah mengapa Ariel sangat menyukai lagu ciptaan Uki ini untuk masuk ke dalam album NOAH. Akhirnya, setelah diperdengarkan ke pihak label, lagu ini memang sesuai karakter NOAH, meskipun Uki bersikeras agar dimasukkan ke album Astoria.
"Terbangun Sendiri" merupakan salah satu lagu yang liriknya saya suka, karena maknanya mengawang. Liriknya cantik karena menggunakan iterasi, seperti layaknya lirik lagu "Ku Katakan Dengan Indah". Aransemen di lagu ini bisa dibilang semi-akustik. Saya coba dengarkan reff "Aku tak ingin terbangun, terbangun sendiri / Aku tak ingin terjaga, terjaga tanpamu" berkali-kali dan saya jatuh cinta dengan lagu ini.
7. Sendiri Lagi
Setelah pernah meng-cover "Kisah Cintaku", NOAH kembali mengcover lagu Chrisye yang lain, "Sendiri Lagi". Secara aransemen tidak jauh berbeda dengan aransemen lagu "Kisah Cintaku", masih menawarkan benang merah. Warna vokal Ariel memang sudah teruji untuk menyanyikan lagu-lagu Chrisye. Saya merinding mendengar suara tinggi Ariel menyanyikan lagu ini di awal lagu. Mungkinkah lagu ini akan dijadikan single?
8. Demi Kita
Ini adalah lagu NOAH yang paling banyak menggunakan kata "cinta". Untuk sebab itulah, mungkin ini lagu yang kurang saya suka di album ini, terlalu mainstream. Mungkin bisa dipahami bila yang menulis lirik ini bukanlah Ariel. Intro lagu yang justru mirip lagu-lagu Nidji. Secara aransemen tidak ada masalah, ada suara efek yang tidak ada di lagu yang lain.
9. Tak Lagi Sama
Bisa jadi ini adalah lagu kedua yang saya suka di album ini karena liriknya. Lagu ini sangat easy-listening. Bagian reff "Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku / Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku" saya pikir bisa menjadi sing-along yang asyik ketika dibawakan secara live. Salah satu keunikan lirik lagu ini adalah rimanya yang teratur di sepanjang lagu.
10. Puisi Adinda
Kalau saya boleh muluk-muluk, saya akan beri komentar seperti ini di lagu ini "jika Muse punya Soldiers Poem maka NOAH punya Puisi Adinda". Lagu ini semacam musikalisasi puisi yang liriknya hanya dua bait. Terhitung track ini hanya berdurasi sekitar dua setengah menit. Lagu ini malah mengingatkan saya akan hook lagu "Menunggu Pagi" atau "Sally Sendiri".
Intro lagu yang diawali dengan efek suara sunyinya malam (seperti suara jangkrik) membuat lagu ini sangat romantis untuk menemani kesendirian. Agak kurang setuju dengan bait kedua lagu ini yang mempunyai lirik "tak perlu bertengkar lagi / tak perlu menangis lagi", seperti tidak kuat menahan rasa. Lagu ini pantas jadi penutup album dan seakan menawarkan kejutan baru di album NOAH selanjutnya. "Biarkan kita mengalir, sampai nanti".
----------------
Sebenarnya sangat menyayangkan di album "Seperti Seharusnya" ini hampir tidak ada lagu yang bertempo cepat (rock) seperti "Di Atas Normal", "Cobalah Mengerti", "Di Balik Awan", "Topeng" atau "Khayalan Tingkat Tinggi". Pengaruh musik NOAH sepertinya berada di kisaran AVA, Lifehouse, juga Keane.
Oh ya, di album ini juga NOAH mulai banyak menggunakan kata "cinta', hal yang jarang saya temui di album-album sebelumnya. Mungkin karena pembagian pembuatan lagu dan lirik untuk tiap personel diseimbangkan, sehingga peran Ariel sebagai hitsmaker yang biasanya mendominasi diserahkan ke personel lain. Namun jangan khawatir, makna cinta yang mengawang masih tetap disuguhkan. Tema besar album "Seperti Seharusnya" ini masih tentang keakuan, kesendirian, juga cinta universal.
Secara keseluruhan, album ini terdengar lebih pop dibanding album-album sebelumnya. Namun, tampaknya perbedaan warna musik NOAH dengan band-band pop Indonesia lainnya masih dari segi yang sama: penulisan lirik, penggunaan efek, dan konsistensi benang merah. Saya masih menunggu sebenarnya, agar suatu saat NOAH membuat album akustik. Beberapa lagu mereka menurut saya sangat layak dimainkan secara akustik.